Senin, 18 Maret 2013

Ruang Lingkup Kespro Lansia , Remaja , Ibu dan Bayi

Kelompok : 1.
1.      Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi Lansia, Remaja, Ibu dan Bayi ?
Jawab :
a.       Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Lansia ( Lanjut Usia )
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh.
Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual.
a. Perhatian pada problem meno/andro-pause
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan osteoporosis.
c. Deteksi dini kanker rahim dan kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan, prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, payudara/kanker
prostat, ISR/IMS/HIV/AIDS.
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.
Asuhan yang diberikan :
1.      Perhatian pada problem menopause
2.      Perhatian pada penyakit utama degenerative, termasuk rabun, gangguan
mobilitas dan osteoporosis.
Berkurangnya hormone estrogen pada wanita menopause mungkin
menyebabkan berbagai keluhan sebagai berikut :
a. Penyakit jantung koroner
b. Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit
jantung koroner. Berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik ( HDL ) dan meningkatnya kadar kolesterol tidak baik ( LDL ) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner.
c. Osteoporosis

d. Adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan
kadar hormone estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
e. Gangguan mata
f. Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata
berkurang.
g. Kepikunan ( demensia tipe Alzeimer ).
h. Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat
dan otak. Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan tipe Alzeimer. Penyakit kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilam kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi factor keturunan.

b.      Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormon-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi ;
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencagahan kekerasan, termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat (alkohol, obat, tembakau), kekerasan gender, praktik tradisional berbahaya, perilaku seks tidak aman, kehamilan remaja, aborsi tidak aman, ISR/IMS/HIV/ AIDS.
j. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi; konseling tentang perubahan hukum/sosial, pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan, pengobatan, kontrasepsi yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan dalam keluarga, konseling dll .
Asuhan apa yang diberikan ;
a) Gizi seimbang
b) Informasi tentang kesehatan reproduksi
c) Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
d) Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e) Perkawinan pada usia yang wajar
f) Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan
pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
c.       Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Ibu dan Bayi
ü  Usia Subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air besar atau buang air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi (KB)
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan manajemen infertilitas.
i. Masalah yang mungkin ditemui: Kesakitan dan kematiani ibu yang
disebabkan berbagai kondisi, malnutrisi/anemia, kemandulan,
pelecehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi, ISR/IMS/HIV/AIDS dan
pengaturan kesuburan.
j. Pendekatan yang dapat dilakukan : pendidikan kesehatan, suplemen,
konseling, pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang bertanggungjawab, pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan kebidanan darurat, imunisasi dan informasi-informasi.
Asuhan yang diberikan ;
a). Kehamilan dan persalinan yang aman
b). Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
bayi
c). Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi ( KB )
d). Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e). Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f). Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi
g). Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h). Pencegahan dan manajemen infertilitas.

ü  Bayi dan Anak
a. ASI Eksklusif dan penyapihan yang layak
b. Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, sunat perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan dan kematian BBLR, penyakit lain disemua usia dan kekerasan.
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan, postnatal, menyusui serta pemberian suplemen, dll.
Asuhan yang diberikan ;
a). ASI Eksklusif
b). Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi
seimbang
c). Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
d). Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan
(KtP)
e). Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan.




                                                                                                                                                                








2.      Pencegahan tertularnya penyakit pada bayi terutama penularan HIV pada bayi dan janin ?
Jawab :
Jumlah kasus AIDS tertinggi menurut pekerjaan selama periode januari-juni 2012 sebanyak 276 kasus adalah ibu rumah tangga. Jumlah perempuan HIV positif yang hamil pun turut meningkat. Berdasarkan proporsi kasus AIDS menurut faktor resiko, penularan dari ibu ke anak menempati urutan terbesar ketiga (4,2%) setelah heteroseksual dan penggunaan jarum suntik (penasun).
Penularan HIV dari ibu hamil ke bayi melalui proses persalinan mepunyai resiko paling besar (10-20%). Sejumlah faktor mempengaruhi terjadinya resiko infeksi. Selama persalinan, bayi dapat tertular darah atau cairan pervagina yang mengandung HIV. Ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir sangat dipengaruhi dengan adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, persalinan prematur, penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum/forsep, episiotomi dan rendahnya kadar CD4 pada ibu. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses melahirkan, semakin besar resiko penularan. Transmisi lain terjadi selama periode postpartum (setelah melahirkan) yaitu melalui Air Susu Ibu (ASI). Resiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang positif HIV sebesar 10-15%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap therapi anti retroviral dan melahirkan dengan bedah caesar, tingkat penularan dapat ditekan hingga hanya sebesar 1%.
Mengingat tingginya resiko penularan HIV AIDS dari ibu ke bayi, diperlukan partisipasi dini guna mengurangi kejadian tersebut. Pemerintah telah merumuskan kebijakan mengenai program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Secara garis besar tujuan program PPIA adalah mengurangi infeksi HIV pada bayi dan sifilis congenital, mengurangi angka kematian ibu dan bayi dan mewujudkan MDGs goal 4, 5 dan 6 (MDG 4: menurunkan angka kematian ibu dan anak, MDG 5 : menurunkan angka kematian ibu melahirkan, MDG 6 : mengendalikan dan mulai menurunkan jumlah infeksi baru HIV) . Program PPIA dirumuskan dalam 6 kebijakan, yaitu :
1.      Intergrasi PPIA dalam pelayanan KIA melalui :
a.       Memberikan informasi PPIA pada semua perempuan yang datang ke pelayanan kesehatanan ibu, KB dan konseling  remaja
b.      Di daerah epidemi meluas, petugas wajib menawarkan test HIV dan Sifilis kepada semua ibu hamil secara inklusif dengan pemeriksaan rutin lainnya pada kunjungan antenatal sampai persalinan
c.       Di daerah epidemi terkonsentrasi dan rendah. Petugas wajib menawarkan test HIV dan Sifilis secara inklusif dengan pemeriksaan rutin lainnya pada ibu hamil dan atau pasangannya yang berprilaku berresiko, yang mempunyai keluhan atau gejala IMS dan dengan gejala oportunistik pada kunjungan neonatal sampai persalinan
d.      Melakukan kordinasi LP/LS termasuk LSM terkait pelayanan PPIA dalam pelaksanaan 4 Prong
e.       Melakukan monitoring dan evaluasi secara berjenjang

2.      Kegiatan dilaksanakan secara komprehensif
a.       Mecegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi.
Melalui prinsip ABCD (Absen seks, Bersikap saling setia, Cegah dengan kondom, Dilarang menggunakan Napza).
b.      Mencegah kehamilan tidak direncanakan pada ibu dengan HIV.
Perempuan dengan ODHA tidak dianjurkan untuk hamil lagi, dapat menggunakan kontrasepsi pilihan sesuai dengan kebutuhan.
c.       Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV ke bayi yang dikandungan.
Merupakan inti dari PPIA, intervensi berupa :
-            Pelayanan antenatal terpadu (layanan tes dan konseling HIV, pemberian terapi anti retroviral, pencegahan, diagnosis dan tata laksana infeksi menular seksual, malaria dan tuberkulosa)
-            Persalinan yang aman
-            Pelayanan nifas serta tata laksana pemberian makanan terbaik bagi bayi dan anak
d.                  Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu
dengan HIV beserta bayi dan keluarganya
-            Dukungan lanjutan bagi ibu :
Pemeriksaan kondisi kesehatan (CD4 & viral load), pemantauan terapi ARV, konseling dan dukungan kontrasepsi serta pengaturan kehamilan
-            Dukungan pada bayi :
Pemberian kotrimoksazol dan ARV pencegahan , informasi dan edukasi pemberian makanan bayi, diagnosis HIV pada bayi, penyuluhan kepada anggota keluarga tentang cara penularan HIV dan pencegahannya.
3.      Konseling dan Tes HIV
Tes dan konseling dalam PPIA yaitu :
a.       Tes dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (TKIP)
b.      Konseling ARV
c.       Konseling kehamilan dan persalinan
d.      Konsesling pemberian makanan bayi
e.       Konseling psikologis dan sosial

4.      Terapi anti Retrovirus  (ART)
a.       Bertujuan untuk menurunkan kadar HIV serendah mungkin sehingga mengurangi resiko penularan
b.      Merujuk pada Pedoman Tatalaksana dan Terapi ARV Pada Orang Dewasa, 2011
c.       Diberikan kepada semua perempuan HIV positif yang hamil, tanpa harus memeriksakan ART dilanjutkan seumur hidup

5.      Persalinan yang aman
Pertolongan persalinan mengikuti kewaspadaan universal

6.      Pemberian makanan bayi
a.       Manajemen laksatasi yang baik untuk mencegah lecet dan radang payudara
b.      Bila puting sedang lecet/luka, ASI tsidak diberikan melalui puting lecet
c.       ASI ekskludif diberikan 6 bulan, atau dihentikan sesegera mungkin bila syarat AFASS terpenuhi (sangat tidak dianjurkan memberikan makanan campuran ASI+Formula)
d.      Syarat WHO untuk susu formula :
e.       AFASS (Acceptabel : dapat diterima, Feasible : mudah dilakukan, Affordable : harga terjangkau, Sustainable : berkesinambungan, Safe : Aman).

1 komentar:

  1. Slot machine casino site【Malaysia】correct
    A complete guide on how to win real money online and what to get when you are looking to play casino luckyclub games. Betsoft Casino Slot Machines.

    BalasHapus